




Samarinda-Bertempat di Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Kalimantan Timur Corporate University (BPSDM Kaltim CorpU) terlaksanakanya kegiatan audiensi Konsorsium Riset Forest City yang diselenggarakan oleh konsorsium Utrecht University terkait pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di wilayah Kalimantan Timur. Senin (12/8/24).
Audiensi Konsorsium Riset Forest City di buka oleh Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setdaprov Kaltim, M. Syirajudin, yang di dampingi Kepala BPSDM Kaltim Dra Nina Dewi, Kepala Biro Adpim Hj. Syarifah Alawiyah, serta Kepala BRIDA Kaltim Dr. Ir. H. Fitriansyah.
Asisten I Setda Provinsi Kaltim menerangkan bahwa Pemindahan dan pembangunan IKN merupakan kepentingan nasional, bukan kepentingan daerah atau Kalimantan Timur semata. Sehingga harus benar-benar dipahami oleh masyarakat. Pembangunan saat ini masih berlangsung terutama untuk fisik bangunan dan masyarakat sekitar IKN harus saling bekerja sama dalam proses pembangunan IKN.
Kepala BRIDA Prov. Kaltim mengatakan bahwa hasil riset Forest City sudah dimanfaatkan beberapa stakeholder diantaranya Bappenas RI, GIZ, Otorita IKN, MUI, dan lembaga lainnya dengan beberapa temuan terkait potensi wilayah periurban IKN yang terletak di Kalimantan Timur, potensi dan pengembangan kawasan bufferzone IKN, isu sustainable development dan pemberdayaan masyarakat IKN dan wilayah sekitarnya.
Rombongan Konsorsium Riset Forest City dipimpin Prof. dr. Kei Otsuki (Ketua International Development Studies Utrecht University) didampingi Prof Rijanta (Guru Besar Geografi UGM), Puput Wahyu Budiman (peneliti BRIDA Provinsi Kaltim), Rahmat Aris Pratomo (Dosen ITK Balikpapan), Vandy Yogaswara (dosen fisipol UGM), Ghinia (dosen fisipol ULM Banjarmasin) dan Dr Erlis Saputra (Ketua Departemen Geografi Pembangunan UGM).
Kemudian, Audiensi Konsorsium Riset Forest City ini dilanjutkan oleh Kepala BPSDM Kaltim dan Kepala BRIDA Kaltim dengan melakukan diskusi rencana kerjasama pengembangan kompetensi untuk ASN Pemprov Kaltim dengan Utrecht University Belanda serta Universitas Gadjah Mada.
Kepala BPSDM Kaltim juga berharap terdapat sektor lain yang dapat dimanfaatkan berupa kerja sama peningkatan kapasitas aparatur (capacity building) melalui pelatihan tematik di Belanda. Hal ini ditanggapi oleh pihak Utrecht university Prof. dr. Kei Otsuki (Ketua International Development Studies Utrecht University), dengan menginformasikan bahwa ada 2 jenis peningkatan kompetensi untuk staf yaitu degree (pendidikan formal) dan non degree (training). Untuk pelatihan non degree dapat dilakukan dengan skema tailor made (by request) dengan target peserta minimal 10 orang, dengan topik pelatihan yang free contribution fee maupun berbayar. Beberapa lembaga pemerintahan juga pernah melakukan training di Belanda serupa dengan durasi seminggu di Indonesia sebagai pembekalan, dan seminggu di Belanda.